Senin, 26 Mei 2014

Fase Terang Fotosintesis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotosintesis sudah akrab kita dengar. Pada dasarnya, fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat atau zat gula dengan menggunakan energi matahari. Matahari sebagai sumber energi utama bagi kehidupan di Bumi. Namun tidak semua organisma mampu secara langsung menggunakannya. Hanya golongan tumbuhan dan beberapa jenis bakteri saja yang mampu menyerap energi matahari dan memanfaatkannya untuk fotosinrtesis. Melalui fotosintesis, tumbuhan menyusun zat makanan yaitu karbohidrat (pati/gula). Karena kemampuan menyusun makanannya sendiri inilah, tumbuhan disebut organisme autotrof. Fotosintesis ternyata berlangsung dalam dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi gelap adalah reaksi yang berlangsung tanpa bantuan cahaya matahari, sedangkan reaksi terang adalah tahap dimana fotosintesis membutuhkan cahaya matahari. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang reaksi terang maka dibuatlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa perngertian reaksi terang dalam fotosintesis?
2.      Bagaimana prinsip penyerapan oleh cahaya oleh tumbuhan?
3.      Apakah Fotosistem I (PS I) dan Fotosistem II (PS II) ?
4.      Bagaimana pengankutan elektron dari air ke NADP+ ?
5.      Bagaimana proses fotofosforilasi itu?
1.3 Tujuan
1.       Untuk mengetahui pengertian reaksi terang dalam fotosintesis
2.       Untuk mengetahui prinsip penyerapan oleh cahaya oleh tumbuhan
3.       Untuk mengetahui Fotosistem I (PS I) dan Fotosistem II (PS II)
4.       Untuk mengetahui pengankutan elektron dari air ke NADP+
5.       Untuk mengetahui proses fotofosforilasi
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan informasi bagi kita tentang proses-proses yang terjadi selama fotosintesis termasuk fase terang terhadap fotosintesis dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis pada tumbuhan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reaksi Terang
Fotosintesis adalah proses pembentukan zat makanan (glukosa) pada tumbuhan yang menggunakan zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis ini tidak berlangsung pada semua sel tetapi hanya pada sel yang mengandung pigmen fotosintetik. Kloroplas adalah salah satu pigmen fotosintetik yang berperan penting dalam proses fotosintesis dengan menyerap energi matahari.
Persamaan reaksi kimia fotosintesis adalah sebagai berikut :
H2O (air) + CO2 (karbondioksida) + cahaya → CH2O (glukosa) + O2 (oksigen)
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: Reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan Reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum). Reaksi terang adalah proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia menghasilkan ATP dan NADPH tereduksi. ATP dibentuk melalui  proses fotofosforilasi, sedangkan NADPH dibentuk melalui  proses fotoreduksi.  Fase terang fotosintesis merupakan fase reaksi kimia fotosintesis yang membutuhkan cahaya sehingga fase terang  disebut juga fase reaksi fotokimia.
Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
2.2 Prinsip Penyerapan Cahaya oleh Tumbuhan
Untuk mengetahui bagaimana cahaya menyebabkan terjadinya fotosintesis, perlu diketahui terlebih dahulu sifat-sifat cahaya. Cahaya memiliki sifat gelombang (wave nature). Cahaya mencakup bagian dari energi matahari dengan panjang gelombang antara 390 nm sampai 760 nm dan tergolong cahaya tampak. Kisaran ini merupakan porsi kecil dari kisaran spektrum elektromagnetik.
Sifat cahaya sebagai partikel biasanya diekspresikan dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton atau kuanta, yang merupakan merupakan suatu paket diskrit dari energi, dimana masing-masing dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Cahaya biru dan ungu dengan gelombang yang lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetik dibanding cahaya merah atau jingga dengan gelombang yang lebih panjang.
Prinsip dasar penyerapan cahaya adalah bahwa setiap molekul hanya dapat menyerap satu foton pada waktu tertentu dan foton ini menyebabkan terjadinya eksitasi pada satu elektron dalam suatu molekul. Prinsip ini disebut Hukum Stark-Einstein. Elektron valensi yang berada pada orbit dasar yang stabil merupakan elektron yang biasanya tereksitasi dan didorong menjauhi inti (yang bermuatan positif) dengan jarak yang sebanding dengan jumlah energi foton yang diserap (Gambar 1.1). Molekul-molekul pigmen yang telah menangkap foton akan berada pada kondisi tereksitasi. Energi inilah yang dimanfaatkan untuk fotosintesis.

Gambar 1.1. Model sederhana untuk menjelaskan bagaimana energi cahaya yang menerpa molekul klorofil dibebaskan kembali setelah molekul tereksitasi.
Klorofil dan pigmen-pigmen lainnya hanya dapat berada pada kondisi tereksitasi dalam waktu singkat, umumnya hanya selama 10-9 detik atau lebih singkat. Sebagaimana tampak pada Gambar 1.1 energi eksitasi dapat hilang karena dibebaskan dalam bentuk panas pada waktu elektron kembali ke orbit dasar. Kehilangan energi eksitasi ini dari molekul pigmen (termasuk klorofil) dapat dalam bentuk kombinasi antara panas dan cahaya fluoresen (fluorescence). Fluoresen adalah pancaran cahaya yang diikuti oleh degradasi cepat dari elektron tereksitasi. Fluoresen asal klorofil berupa cahaya merah-dalam (deep-red) dan cahaya dengan gelombang panjang ini gampang terlihat jika klorofil a atau b atau campuran keduanya menerima cahaya, terutama cahaya biru atau ultra ungu. Pada daun, fluoresen sangat sedikit karena energi eksitasi dimanfaatkan untuk fotosintesis.
Gambar 1.1 membantu menjelaskan mengapa cahaya biru selalu kurang efisien pemanfaatannya untuk fotosintesis dibandingkan cahaya merah. Hal ini disebabkan karena setelah eksitasi dengan foton dari cahaya biru, elektron selalu terdegradasi dengan sangat cepat ke tingkat energi yang lebih rendah dengan membebaskan panas. Setelah pembebasan panas, tingkat energi foton dari cahaya biru tadi akan sama dengan tingkat energi yang diterima dari foton yang berasal dari cahaya merah saat pertama diserap. Dari tingkat energi ini, kehilangan dapat terjadi melalui panas, fluoresen, atau digunakan untuk fotosintesis.
Untuk terjadinya fotosintesis, energi dalam bentuk elektron yang tereksitasi pada berbagai pigmen harus disalurkan ke pigmen pengumpul energi yang disebut sebagai pusat reaksi (reaction center). Terdapat dua macam pusat reaksi pada membran thilakoid, keduanya merupakan molekul klorofil a yang berasosiasi dengan protein tertentu dan komponen-komponen membran lainnya. Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa energi pada pigmen yang tereksitasi dapat pindah ke pigmen tetangganya. Proses ini berlangsung secara simultan sampai energi tersebut ditransfer ke pusat reaksi. Ada beberapa teori untuk menjelaskan migrasi energi dari satu pigmen ke pigmen lainnya yang berdekatan. Salah satu teori tersebut adalah Teori Resonansi Induktif. Dengan adanya kemampuan pigmen untuk mentransfer energi eksitasi, maka setiap suatu pigmen tereksitasi sehingga energi eksitasi tersebut dapat diharapkan untuk sampai pada pusat reaksi.
Daun dari kebanyakan spesies menyerap lebih dari 90% cahaya ungu dan biru, demikian pula untuk cahaya jingga dan merah. Hampir seluruh penyerapan ini dilakukan oleh pigmen-pigmen pada kloroplas. Pada membran thilakoid, setiap foton dapat mengeksitasi satu elektron dari pigmen karotenoid atau klorofil. Klorofil berwarna hijau merupakan bukti bahwa pigmen ini tidak efektif untuk menyerap cahaya hijau. Cahaya hijau oleh klorofil dipantulkan atau diteruskan. Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat diukur dengan spektrofotometer. Grafik penyerapan cahaya untuk kisaran panjang gelombang tertentu disebut spectrum serapan.
Beberapa karotenoid pada membran thilakoid juga mengirim energi eksitasinya ke pusat rekasi yang sama dengan klorofil. Spektrum serapan beta karoten dan lutein dapat dilihat pada Gambar 1.2. Secara in vitro, pigmen-pigmen yang berwarna kuning ini hanya menyerap cahaya biru dan ungu. Cahaya hijau, kuning, jingga, dan merah dipantulkan oleh kedua pigmen ini. Kombinasi panjang gelombang yang dipantulkan oleh kedua pigmen karotenoid ini tampak berwarna kuning. Ada bukti yang menunjukkan bahwa beta-karoten lebih efektif dalam mentransfer energi ke kedua pusat reaksi disbanding lutein atau pigmen xanthofil yang disebut focoxanthofil adalah sangat efektif dalam mentransfer energi. Di samping berperan sebagai penyerap cahaya, karotenoid pada thilakoid juga berperan untuk melindungi klorofil dari kerusakan oksidatif oleh O2 jika intensitas cahaya sangat tinggi. 
Gambar 1.2 Spektrum serapan klorofil a dan klorofil b yang dilarutkan dalam dietil ether (A) & spektrum serapan beta-karoten dalam heksan (hexane) dan pigmen lutein dalam etanol (B)
Dalam membandingkan pengaruh berbagai panjang gelombang cahaya terhadap laju fotosintesis, harus diperhatikan untuk tidak memberikan energi dalam jumlah yang berlebihan sehingga proses tersebut jenuh. Pola laju fotosintesis pada kisaran panjang gelombang cahaya tampak disebut spektrum aksi. Spektrum aksi untuk fotosintesis dan untuk proses fotobiologi lainnya akan membantu identifikasi pigmen apa yang terlibat, karena spektrum aksi sepadan dengan spektrum serapan dari suatu pigmen. Gambar 1.3 memperlihatkan laju fotosintesis (secara relatif) pada kisaran panjang galombang 350-750 nm yang diukur berdasarkan jumlah foton yang menerpa per satuan luas daun. Pada beberapa ganggang, karotenoid dan pigmen fikobilin dapat menyerap cahaya untuk fotosintesis. Spektrum aksi dari ganggang ini agak berbeda dengan pada tumbuhan tingkat tinggi.
Gambar 1.3 Profil spektrum aksi tanaman herba dikotil dan monokotil
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan berarti bahwa ada pigmen lain yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis.
Penggabungan molekul klorofil a menjadi dimer atau trimer atau asosiasinya dengan protein-protein thilakoid menyebabkan puncak serapan tambahan terjadi pada gelombang cahaya merah. Dua dari puncak serapan tambahan yakni pada 680 nm dan 700 nm, berhubungan dengan serapan oleh molekul klorofil a khusus yang berperan sebagai pusat reaksi. Pusat reaksi inilah yang disebut sebagai P680 dan P700.
2.3 Fotosistem I dan Fotosistem II
               Reaksi terang cahaya dalam proses fotosintesis penyerapan energi matahari oleh klorofil dimana dilepaskan O2, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem I yang menyangkut penyerapan energi matahari pada panjang gelombang di sekitar 700nm dan tidak melibatkan proses pelepasan O2. Bagian kedua yang menyangkut penyerapan energy matahari pada panjang gelombang di sekitar 680nm, disebut fotosistem II yang melibatkan pembentukan O2. Karena adanya kerja sama antara FS II dan FS I, maka terjadi fotofosforilasi. Dalam fotofosforilasi ini terdapat dua macam aliran transfer elektron, yaitu :
·       Fotofosforilasi Non Siklik
Reaksi fotofosforilasi siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu fotosistem I. Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan berakhir di fotosistem I.
·      Fotofosforilasi Siklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua tahap yang melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I dan II.
2.4  Pengangkutan Elektron dari Air ke NADP
             Gambar 1.4 Reaksi terang dari fotosintesis pada membran tilakoid
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH. Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah:
2H2O + 4 foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 + 2PQH2
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah:
2PQH2 + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah:
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah:
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
2.5 Fotofosforilasi
Pembentukan ATP dari ADP dan Psecara termodinamik tidak akan terjadi tanpa bantuan energi cahaya. Oksidasi H2O dan PQH2 menyebabkan konsentrasi H+ di dalam saluran thilakoid (pH 5) dapat menjadi 5000 kali lebih tinggi dibandingkan pada stroma (pH 8) selama fotosintesis berlangsung. Perbedaan konsentrasi yang sangat besar ini menjadi tenaga pendorong untuk difusi H+. Membran thilakoid sesungguhnya tidak permeabel terhadap H+ dan ion-ion lain kecuali jika melalui CF (coupling factor). Perbedaan pH antara kedua sisi membran ini menyediakan energi kimia yang potensial dalam memacu fotofosforilasi.
              Ide bahwa perbedaan pH dapat menyediakan energi untuk sintesis ATP dalam kloroplas, mitokondria, dan bakteri diusulkan pertama kali oleh Peter Mitchell di Inggris tahun 1961. Teori Mitchell disebut toeri khemiosmotik. Bukti langsung dari teori ini pertama didapatkan oleh peneliti fotosintesis G. Hind dan Andre Jagendorf pada Universitas Cornell pada tahun 1963.
Teori khemiosmotik juga menjelaskan bagaimana uncoupler bekerja pada proses fotofosforilasi. Diberi nama uncoupler karena perannya menghilangkan keterkaitan antara pengangkutan elektron dengan fosforilasi. Beberapa uncoupler ini telah diketahui, antara lain adalah NH3 dan dinitrofenol. Uncoupler bergerak dalam saluran thilakoid untuk mengikat H+dan mengangkutnya ke sisi stroma membran thilakoid dan kemudian membebaskan H+ tersebut. H+ yang dibebaskan bersama OH- membentuk H2O. Aksi yang berulang-ulang dari uncoupler ini memperkecil perbedaan pH antara dua sisi membran thilakoid dan berarti menghambat sintesis ATP. Sebaliknya, kondisi yang tercipta tersebut akan memacu pengangkutan elektron karena secara termodinamik akan lebih mudah untuk mengangkut H+ menyeberangi membran thilakoid dalam kaitannya dengan oksidasi-reduksi PQ (plastoquinon).
Pembentukan ATP tambahan dapat berasal dari lintasan elektron dan pengangkutan H+ yang tidak sepenuhnya terkait dengan lintasan nonsiklik. Lintasan ini melibatkan PS I, ferredoksin, kompleks sitokhrom b6 dan f, PQ dan PC (plastocianin), tetapi tidak melibatkan PS II. Karena elektron dibawa dari P700 dan akhirnya kembali lagi ke P700, maka lintasan ini disebut sebagai Lintasan Pengangkutan Elektron Siklik. Penyerapan dua foton menyebabkan dua elektron akan diangkut (berkeliling dari dan ke P700) dan menyebabkan dua H+ dihantar masuk ke saluran thilakoid sebagai hasil dari oksidasi PQH2. tidak ada molekul air yang dipecah, karena PS II tidak terlibat dan juga tidak ada NADPH yang terbentuk dari lintasan pengangkutan elektron ini, tetapi ATP akan dihasilkan oleh CF sebagai akibat dari penurunan pH saluran membran thilakoid. Pembentukan ATP melalui lintasan pengangkutan elektron siklik ini disebut fotofosforilasi siklik.
Secara kuantitatif, jika 8 foton terlibat untuk kedua fotosistem akan dihasilkan 8 H+ melalui lintasan nonsiklik dan jika 4 foton lagi hanya diserap oleh PS I dan menghasilkan 4 H+ tambahan, maka 12 foton tersebut akan menghasilkan 12 H+ di dalam saluran thilakoid. Jika 3 H+ dibutuhkan CF untuk membentuk satu molekul ATP, maka 12 H+ cukup untuk mensintesis 4 molekul ATP. Dibutuhkan lebih dari 3 ATP untuk mengkonversi satu molekul CO2 menjadi karbohidrat dan pengukuran langsung pada daun menunjukkan bahwa 12 foton dibutuhkan untuk mereduksi setiap molekul CO2Berdasarkan uraian ini, maka persamaan fotosintesis dapat ditulis dengan menyertakan kebutuhan minimum 12 foton.
              CO2 + 2 H2O + 12 foton  à  (CH2O) + O2 + H2O
     ATP dan NADPH tidak dimasukkan pada persamaan fotosintesis di atas, karena pembentukannya diimbangi dengan penggunaannya dalam reduksi CO2. Protein dan asam nukleat membutuhkan lebih banyak ATP dibandingkan dengan polisakarida. Protein dan asam nukleat ini lebih banyak terdapat pada sel-sel yang aktif tumbuh dibandingkan dengan pada sel-sel dewasa. Pada sel-sel dewasa lebih banyak polisakarida yang terkandung. 
  
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari makalah yang telah dibuat, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Fotosintesis mempunyai dua tahap reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap 
2.      Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nanometer. 
3.      Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut: Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2. NADPH dan ATP adalah hasil dari reaksi terang yang akan digunakan saat reaksi gelap  
3.2 Saran
Kami mengharapkan adanya proses diskusi dalam perkuliahan akan lebih efektif dengan adanya makalah ini dan tentunya suasan diskusipun diharapkan memberikan suasan pembelajaran yang lebih konstruktif dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2014 “Fotosintesis” (http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis) Sabtu 10 Mei 2014
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Rizal suhardi eksakta “Daun Dalam Kaitannya Dengan Fotosintesis” (http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/07/daun-dalam-kaitannya-dengan-fotosintesis_19.html) Kamis, 19 Juli 2012
Agung Dian Putra “Reaksi Terang Fotosintesis” (http://agungdian3.blogspot.com/2012/12/nadph-nadph-sebagai-hasil-reaksi-diatas.html) Senin, 24 Desember 2012
Mugiasih “Fotosintesis” (http://blog.uad.ac.id/mugiasihpbio/category/fotosintesis/) 12 Juni 2013
Gothid. Judul Fotosintesis. (http://goth-id.blogspot.com/2012/06/fotosintesis.html) Rabu, 6 juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar