BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotosintesis sudah
akrab kita dengar. Pada dasarnya, fotosintesis merupakan proses penyusunan
karbohidrat atau zat gula dengan menggunakan energi matahari. Matahari sebagai
sumber energi utama bagi kehidupan di Bumi. Namun tidak semua organisma mampu
secara langsung menggunakannya. Hanya golongan tumbuhan dan beberapa jenis
bakteri saja yang mampu menyerap energi matahari dan memanfaatkannya untuk
fotosinrtesis. Melalui fotosintesis, tumbuhan menyusun zat makanan yaitu
karbohidrat (pati/gula). Karena kemampuan menyusun makanannya sendiri inilah,
tumbuhan disebut organisme autotrof. Fotosintesis ternyata berlangsung dalam
dua reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi gelap adalah reaksi yang berlangsung tanpa bantuan cahaya
matahari, sedangkan reaksi terang
adalah tahap dimana fotosintesis membutuhkan cahaya matahari. Dan untuk
mengetahui lebih jelas tentang reaksi terang maka dibuatlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perngertian reaksi terang dalam
fotosintesis?
2. Bagaimana prinsip penyerapan oleh cahaya oleh tumbuhan?
3. Apakah Fotosistem I (PS I) dan
Fotosistem II (PS II) ?
4. Bagaimana pengankutan elektron dari air ke
NADP+ ?
5. Bagaimana proses fotofosforilasi
itu?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian reaksi terang
dalam fotosintesis
2. Untuk mengetahui prinsip
penyerapan oleh cahaya oleh tumbuhan
3. Untuk mengetahui Fotosistem I (PS
I) dan Fotosistem II (PS II)
4. Untuk mengetahui pengankutan elektron dari
air ke NADP+
5. Untuk mengetahui proses
fotofosforilasi
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah
ini adalah sebagai bahan informasi bagi kita tentang proses-proses yang terjadi
selama fotosintesis termasuk fase terang
terhadap fotosintesis dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis pada
tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Reaksi Terang
Fotosintesis adalah
proses pembentukan zat makanan (glukosa) pada tumbuhan yang menggunakan zat
hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis
ini tidak berlangsung pada semua sel tetapi hanya pada sel yang mengandung
pigmen fotosintetik. Kloroplas adalah salah satu pigmen fotosintetik yang
berperan penting dalam proses fotosintesis dengan menyerap energi matahari.
Persamaan reaksi
kimia fotosintesis adalah sebagai berikut :
H2O (air) + CO2 (karbondioksida) + cahaya → CH2O
(glukosa) + O2 (oksigen)
Pada dasarnya,
rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: Reaksi terang (karena memerlukan cahaya)
dan Reaksi gelap (tidak memerlukan
cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).
Reaksi terang
terjadi pada grana (tunggal: granum). Reaksi terang adalah proses perubahan energi cahaya menjadi
energi kimia menghasilkan ATP dan NADPH tereduksi. ATP dibentuk melalui proses fotofosforilasi,
sedangkan NADPH dibentuk melalui proses
fotoreduksi. Fase terang fotosintesis
merupakan fase reaksi kimia fotosintesis yang membutuhkan cahaya sehingga fase
terang disebut juga fase reaksi
fotokimia.
Dalam reaksi
terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen (O2). Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling
bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat
reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada
panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi
P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm.
2.2
Prinsip Penyerapan Cahaya oleh Tumbuhan
Untuk mengetahui bagaimana cahaya
menyebabkan terjadinya
fotosintesis, perlu diketahui terlebih dahulu sifat-sifat cahaya. Cahaya
memiliki sifat gelombang (wave nature). Cahaya mencakup bagian dari
energi matahari dengan panjang gelombang antara 390 nm sampai 760 nm dan
tergolong cahaya tampak. Kisaran ini merupakan porsi kecil dari kisaran
spektrum elektromagnetik.
Sifat cahaya sebagai partikel biasanya diekspresikan
dengan pernyataan bahwa cahaya menerpa sebagai foton atau kuanta, yang
merupakan merupakan suatu paket diskrit dari energi, dimana masing-masing
dikaitkan dengan panjang gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang. Cahaya biru dan ungu dengan gelombang yang
lebih pendek memiliki lebih banyak foton energetik dibanding cahaya merah atau
jingga dengan gelombang yang lebih panjang.
Prinsip dasar penyerapan cahaya adalah bahwa setiap
molekul hanya dapat menyerap satu foton pada waktu tertentu dan foton ini
menyebabkan terjadinya eksitasi pada satu elektron dalam suatu molekul. Prinsip
ini disebut Hukum Stark-Einstein. Elektron valensi yang berada pada orbit dasar
yang stabil merupakan elektron yang biasanya tereksitasi dan didorong menjauhi
inti (yang bermuatan positif) dengan jarak yang sebanding dengan jumlah energi
foton yang diserap (Gambar 1.1). Molekul-molekul pigmen yang telah menangkap foton akan
berada pada kondisi tereksitasi. Energi
inilah yang dimanfaatkan untuk fotosintesis.
Gambar 1.1. Model
sederhana untuk menjelaskan bagaimana energi cahaya yang menerpa molekul klorofil
dibebaskan kembali setelah molekul tereksitasi.
Klorofil dan pigmen-pigmen lainnya hanya dapat berada
pada kondisi tereksitasi dalam waktu singkat, umumnya hanya selama 10-9 detik
atau lebih singkat. Sebagaimana tampak pada Gambar 1.1 energi eksitasi dapat
hilang karena dibebaskan dalam bentuk panas pada waktu elektron kembali ke
orbit dasar. Kehilangan energi eksitasi ini dari molekul pigmen (termasuk
klorofil) dapat dalam bentuk kombinasi antara panas dan cahaya fluoresen (fluorescence).
Fluoresen adalah pancaran cahaya yang diikuti oleh degradasi cepat dari
elektron tereksitasi. Fluoresen asal klorofil berupa cahaya merah-dalam (deep-red)
dan cahaya dengan gelombang panjang ini gampang terlihat jika klorofil a atau b
atau campuran keduanya menerima cahaya, terutama cahaya biru atau ultra ungu.
Pada daun, fluoresen sangat sedikit karena energi eksitasi dimanfaatkan untuk
fotosintesis.
Gambar 1.1 membantu menjelaskan mengapa cahaya biru
selalu kurang efisien pemanfaatannya untuk fotosintesis dibandingkan cahaya
merah. Hal ini disebabkan karena setelah eksitasi dengan foton dari cahaya
biru, elektron selalu terdegradasi dengan sangat cepat ke tingkat energi yang
lebih rendah dengan membebaskan panas. Setelah pembebasan panas, tingkat energi
foton dari cahaya biru tadi akan sama dengan tingkat energi yang diterima dari
foton yang berasal dari cahaya merah saat pertama diserap. Dari tingkat energi
ini, kehilangan dapat terjadi melalui panas, fluoresen, atau digunakan untuk
fotosintesis.
Untuk terjadinya fotosintesis, energi dalam bentuk
elektron yang tereksitasi pada berbagai pigmen harus disalurkan ke pigmen
pengumpul energi yang disebut sebagai pusat reaksi (reaction center).
Terdapat dua macam pusat reaksi pada membran thilakoid, keduanya merupakan
molekul klorofil a yang berasosiasi dengan protein tertentu dan
komponen-komponen membran lainnya. Gambar 1.1 memperlihatkan bahwa energi pada
pigmen yang tereksitasi dapat pindah ke pigmen tetangganya. Proses ini
berlangsung secara simultan sampai energi tersebut ditransfer ke pusat reaksi.
Ada beberapa teori untuk menjelaskan migrasi energi dari satu pigmen ke pigmen
lainnya yang berdekatan. Salah satu teori tersebut adalah Teori Resonansi
Induktif. Dengan adanya kemampuan pigmen untuk mentransfer energi eksitasi,
maka setiap suatu pigmen tereksitasi sehingga energi eksitasi tersebut dapat
diharapkan untuk sampai pada pusat reaksi.
Daun dari kebanyakan spesies menyerap lebih dari 90%
cahaya ungu dan biru, demikian pula untuk cahaya jingga dan merah. Hampir
seluruh penyerapan ini dilakukan oleh pigmen-pigmen pada kloroplas. Pada
membran thilakoid, setiap foton dapat mengeksitasi satu elektron dari pigmen
karotenoid atau klorofil. Klorofil berwarna hijau merupakan bukti bahwa pigmen
ini tidak efektif untuk menyerap cahaya hijau. Cahaya hijau oleh klorofil
dipantulkan atau diteruskan. Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang
oleh pigmen dapat diukur dengan spektrofotometer. Grafik penyerapan cahaya
untuk kisaran panjang gelombang tertentu disebut spectrum serapan.
Beberapa karotenoid pada membran thilakoid juga
mengirim energi eksitasinya ke pusat rekasi yang sama dengan klorofil. Spektrum
serapan beta karoten dan lutein dapat dilihat pada Gambar 1.2. Secara in
vitro, pigmen-pigmen yang berwarna kuning ini hanya menyerap cahaya biru
dan ungu. Cahaya hijau, kuning, jingga, dan merah dipantulkan oleh kedua pigmen
ini. Kombinasi panjang gelombang yang dipantulkan oleh kedua pigmen karotenoid
ini tampak berwarna kuning. Ada bukti yang menunjukkan bahwa beta-karoten lebih
efektif dalam mentransfer energi ke kedua pusat reaksi disbanding lutein atau
pigmen xanthofil yang disebut focoxanthofil adalah sangat efektif dalam
mentransfer energi. Di samping berperan sebagai penyerap cahaya, karotenoid
pada thilakoid juga berperan untuk melindungi klorofil dari kerusakan oksidatif
oleh O2 jika intensitas cahaya sangat tinggi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicYpYxOw6rQuajWsLT6c8wlW2QsaHilzUdFmGd2L__V2IbLk63WReZEKgZMcEHLSAVsZ7D1pUPm5OYprFc9dSprUAziC1b5-_qT0j0PGB8pfN3qLw9Ri-tH7hQwHICDBM8EG4ETB8J6RNw/s1600/scan+15.png)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZNDpddLAKQ7LSreppdYJiYYbIDr8sfAo9CyurQUk8LaRqFUF5ouzlSYKOIelDqhxRasaftAPAGork0psOrfFBtRMkMgclNaT2HzrlxL4HxgQaoOE89cNmXs4N6eu_S5Oll-WmDMOhohen/s1600/chlorophyll_largehh.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicYpYxOw6rQuajWsLT6c8wlW2QsaHilzUdFmGd2L__V2IbLk63WReZEKgZMcEHLSAVsZ7D1pUPm5OYprFc9dSprUAziC1b5-_qT0j0PGB8pfN3qLw9Ri-tH7hQwHICDBM8EG4ETB8J6RNw/s1600/scan+15.png)
Gambar 1.2 Spektrum
serapan klorofil a dan klorofil b yang dilarutkan dalam dietil ether (A) &
spektrum serapan beta-karoten dalam heksan (hexane) dan pigmen lutein dalam
etanol (B)
Dalam membandingkan pengaruh berbagai panjang
gelombang cahaya terhadap laju fotosintesis, harus diperhatikan untuk tidak
memberikan energi dalam jumlah yang berlebihan sehingga proses tersebut
jenuh. Pola laju fotosintesis pada kisaran panjang gelombang cahaya tampak disebut
spektrum aksi. Spektrum aksi untuk fotosintesis dan untuk proses fotobiologi
lainnya akan membantu identifikasi pigmen apa yang terlibat, karena spektrum
aksi sepadan dengan spektrum serapan dari suatu pigmen. Gambar 1.3 memperlihatkan laju fotosintesis (secara
relatif) pada kisaran panjang galombang 350-750 nm yang diukur berdasarkan
jumlah foton yang menerpa per satuan luas daun. Pada beberapa ganggang,
karotenoid dan pigmen fikobilin dapat menyerap cahaya untuk fotosintesis.
Spektrum aksi dari ganggang ini agak berbeda dengan pada tumbuhan tingkat
tinggi.
Gambar 1.3 Profil
spektrum aksi tanaman herba dikotil dan monokotil
Aksi dari cahaya hijau dan kuning
yang menyebabkan fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan
panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya relatif tinggi, lebih tinggi dari
yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan
berarti bahwa ada pigmen lain yang berperan menyerap cahaya tersebut. Alasan
utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena
cahaya hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan dipantulkan
berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil
dan menyumbangkan energi untuk fotosintesis.
Penggabungan molekul klorofil a
menjadi dimer atau trimer atau asosiasinya dengan protein-protein thilakoid
menyebabkan puncak serapan tambahan terjadi pada gelombang cahaya merah. Dua
dari puncak serapan tambahan yakni pada 680 nm dan 700 nm, berhubungan dengan
serapan oleh molekul klorofil a khusus yang berperan sebagai pusat reaksi.
Pusat reaksi inilah yang disebut sebagai P680 dan P700.
2.3 Fotosistem I dan
Fotosistem II
Reaksi terang cahaya
dalam proses fotosintesis penyerapan energi matahari oleh klorofil dimana
dilepaskan O2, terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut fotosistem
I yang menyangkut penyerapan energi matahari pada panjang gelombang di sekitar
700nm dan tidak melibatkan proses pelepasan O2. Bagian kedua yang
menyangkut penyerapan energy matahari pada panjang gelombang di sekitar 680nm,
disebut fotosistem II yang melibatkan pembentukan O2. Karena adanya
kerja sama antara FS II dan FS I, maka terjadi fotofosforilasi. Dalam
fotofosforilasi ini terdapat dua macam aliran transfer elektron, yaitu :
·
Fotofosforilasi Non Siklik
Reaksi fotofosforilasi
siklik adalah reaksi yang hanya melibatkan satu fotosistem, yaitu fotosistem I.
Dalam fotofosforilasi siklik, pergerakan elektron dimulai dari fotosistem I dan
berakhir di fotosistem I.
·
Fotofosforilasi Siklik
Reaksi fotofosforilasi nonsiklik adalah reaksi dua
tahap yang melibatkan dua fotosistem klorofil yang berbeda, yaitu fotosistem I
dan II.
2.4 Pengangkutan Elektron dari Air ke NADP+
Gambar 1.4 Reaksi terang dari fotosintesis pada membran
tilakoid
Reaksi terang adalah
proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH. Reaksi
ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Reaksi terang
melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem
I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal
menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II)
berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680
nm.
Mekanisme reaksi
terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya matahari
sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan
menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil
elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan
dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan
elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk
PQH2. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang terdapat pada
membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan elektron dari
PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f
kompleks. Reaksi keseluruhan yang terjadi di PS II adalah:
2H2O + 4
foton + 2PQ + 4H- → 4H+ + O2 +
2PQH2
Sitokrom b6-f
kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I dengan
mengoksidasi PQH2 dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah
bergerak dan mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini
juga menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran
tilakoid. Reaksi yang terjadi pada sitokrom b6-f kompleks adalah:
2PQH2 +
4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari
sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem
ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui
kompleks inti PS II lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya,
PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke
protein Fe-S larut yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I
adalah:
Cahaya + 4PC(Cu+)
+ 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron
dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk
mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis
dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya
adalah:
4Fd (Fe2+)
+ 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang
telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP
sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan H+ melintasi
membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP
sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi
keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut:
Sinar + ADP + Pi +
NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
2.5 Fotofosforilasi
Pembentukan ATP dari ADP dan Pi secara termodinamik tidak
akan terjadi tanpa bantuan energi cahaya. Oksidasi H2O dan
PQH2 menyebabkan konsentrasi H+ di dalam
saluran thilakoid (pH 5) dapat menjadi 5000 kali lebih tinggi dibandingkan pada
stroma (pH 8) selama fotosintesis berlangsung. Perbedaan konsentrasi yang
sangat besar ini menjadi tenaga pendorong untuk difusi H+. Membran
thilakoid sesungguhnya tidak permeabel terhadap H+ dan ion-ion
lain kecuali jika melalui CF (coupling factor). Perbedaan pH antara
kedua sisi membran ini menyediakan energi kimia yang potensial dalam memacu
fotofosforilasi.
Ide bahwa perbedaan pH dapat menyediakan energi untuk sintesis ATP dalam
kloroplas, mitokondria, dan bakteri diusulkan pertama kali oleh Peter Mitchell
di Inggris tahun 1961. Teori Mitchell disebut toeri khemiosmotik. Bukti
langsung dari teori ini pertama didapatkan oleh peneliti fotosintesis G. Hind
dan Andre Jagendorf pada Universitas Cornell pada tahun 1963.
Teori khemiosmotik
juga menjelaskan bagaimana uncoupler bekerja pada proses
fotofosforilasi. Diberi nama uncoupler karena perannya
menghilangkan keterkaitan antara pengangkutan elektron dengan fosforilasi.
Beberapa uncoupler ini telah diketahui, antara lain adalah NH3 dan
dinitrofenol. Uncoupler bergerak dalam saluran thilakoid untuk
mengikat H+dan mengangkutnya ke sisi stroma membran thilakoid dan
kemudian membebaskan H+ tersebut. H+ yang
dibebaskan bersama OH- membentuk H2O. Aksi yang
berulang-ulang dari uncoupler ini memperkecil perbedaan pH
antara dua sisi membran thilakoid dan berarti menghambat sintesis ATP.
Sebaliknya, kondisi yang tercipta tersebut akan memacu pengangkutan elektron
karena secara termodinamik akan lebih mudah untuk mengangkut H+ menyeberangi
membran thilakoid dalam kaitannya dengan oksidasi-reduksi PQ (plastoquinon).
Pembentukan ATP
tambahan dapat berasal dari lintasan elektron dan pengangkutan H+ yang
tidak sepenuhnya terkait dengan lintasan nonsiklik. Lintasan ini melibatkan PS
I, ferredoksin, kompleks sitokhrom b6 dan f, PQ dan PC (plastocianin),
tetapi tidak melibatkan PS II. Karena elektron dibawa dari P700 dan
akhirnya kembali lagi ke P700, maka lintasan ini disebut sebagai
Lintasan Pengangkutan Elektron Siklik. Penyerapan dua foton menyebabkan dua
elektron akan diangkut (berkeliling dari dan ke P700) dan
menyebabkan dua H+ dihantar masuk ke saluran thilakoid sebagai
hasil dari oksidasi PQH2. tidak ada molekul air yang dipecah, karena
PS II tidak terlibat dan juga tidak ada NADPH yang terbentuk dari lintasan
pengangkutan elektron ini, tetapi ATP akan dihasilkan oleh CF sebagai akibat
dari penurunan pH saluran membran thilakoid. Pembentukan ATP melalui lintasan
pengangkutan elektron siklik ini disebut fotofosforilasi siklik.
Secara kuantitatif,
jika 8 foton terlibat untuk kedua fotosistem akan dihasilkan 8 H+ melalui
lintasan nonsiklik dan jika 4 foton lagi hanya diserap oleh PS I dan
menghasilkan 4 H+ tambahan, maka 12 foton tersebut akan
menghasilkan 12 H+ di dalam saluran thilakoid. Jika 3 H+ dibutuhkan
CF untuk membentuk satu molekul ATP, maka 12 H+ cukup untuk
mensintesis 4 molekul ATP. Dibutuhkan lebih dari 3 ATP untuk mengkonversi satu
molekul CO2 menjadi karbohidrat dan pengukuran langsung pada daun
menunjukkan bahwa 12 foton dibutuhkan untuk mereduksi setiap molekul CO2. Berdasarkan uraian ini, maka persamaan fotosintesis dapat ditulis dengan
menyertakan kebutuhan minimum 12 foton.
CO2 + 2 H2O + 12 foton à (CH2O) + O2 + H2O
ATP dan NADPH tidak dimasukkan pada persamaan fotosintesis di atas, karena
pembentukannya diimbangi dengan penggunaannya dalam reduksi CO2.
Protein dan asam nukleat membutuhkan lebih banyak ATP dibandingkan dengan
polisakarida. Protein dan asam nukleat ini lebih banyak terdapat pada sel-sel
yang aktif tumbuh dibandingkan dengan pada sel-sel dewasa. Pada sel-sel dewasa
lebih banyak polisakarida yang terkandung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Fotosintesis
mempunyai dua tahap reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap
2.
Tumbuhan
memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau
fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari
molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer,
sedangkan fotosistem I menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700
nanometer.
3.
Reaksi
keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut: Sinar + ADP
+ Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2.
NADPH dan ATP adalah hasil dari reaksi terang yang akan digunakan saat reaksi
gelap
3.2 Saran
Kami
mengharapkan adanya proses diskusi dalam perkuliahan akan lebih efektif dengan
adanya makalah ini dan tentunya suasan diskusipun diharapkan memberikan suasan
pembelajaran yang lebih konstruktif dan produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Lakitan
B. 1993. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan.
Penerbit PT RajaGrafindo Persada: Jakarta
Rizal
suhardi eksakta “Daun Dalam Kaitannya Dengan Fotosintesis” (http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/07/daun-dalam-kaitannya-dengan-fotosintesis_19.html)
Kamis,
19 Juli 2012
Agung
Dian Putra “Reaksi Terang Fotosintesis” (http://agungdian3.blogspot.com/2012/12/nadph-nadph-sebagai-hasil-reaksi-diatas.html)
Senin, 24 Desember 2012
Mugiasih “Fotosintesis” (http://blog.uad.ac.id/mugiasihpbio/category/fotosintesis/)
12 Juni 2013
Gothid. Judul
Fotosintesis. (http://goth-id.blogspot.com/2012/06/fotosintesis.html)
Rabu, 6 juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar